Rudis 329 Adventure | Batu Angus

https://www.youtube.com/watch?v=I93cE9btoBk

Sabtu, 04 Oktober 2014

Sketsa Latar Belakang Proposal Skripsi



BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara agraris sebagian penduduknya adalah petani. Hal ini berarti Indonesia merupakan salah satu produsen hasil-hasil pertanian. Tetapi sistem pertanian Indonesia masih jauh tertinggal di bandingkan negara-negara Asia lainnya seperti Vietnam, Malaysia, Thailand dan lain-lain. Ini semua disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, kurangnya perhatian pemerintah terhadap pertanian dan yang paling berpengaruh yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manajemen pertanian (manajemen agribisnis).
Pada umumnya para petani di Indonesia menganggap bertani adalah untuk memperoleh keuntungan. Selain itu, sebagian besar petani menganggap bertani sebagai suatu perkerjaan bukan suatu bisnis, sehingga para petani Indonesia kurang mengetahui tentang pasar dan situasi pasar. Dengan kurangnya pengetahuan tentang pasar maka para petani menjadikan iklim dan harga jual sebagai motivasi mereka dalam melakukan pekerjaan.
Pada produk pertanian, produsen tidak mutlak berperan sebagai penentu harga. Jumlah hasil produk yang banyak belum tentu mempunyai nilai sebanding dengan jumlah produk tersebut, karena harga produk pertanian dapat berubah fluktuatif dalam waktu tertentu. Untuk meningkatkan taraf hidup, para petani banyak mengalami kendala, salah satunya di sebabkan oleh sifat produk pertanian tersebut. Dimana salah satu sifat produk pertanian tidak tahan lama dan mudah rusak. Hal ini menyebabkan harga jual sering berfluktuasi secara tajam, sehingga harga jual produk pertanian tersebut sulit diramalkan.
Pada dasarnya perubahan harga jual akan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap petani. Salah satu pengaruhnya yaitu tingkat pendapatan para petani, yang selanjutnya sangat berpengaruh untuk memotivasi atau meningkatkan produktivitas kerja para petani. Darwis (2006:21) menyatakan bahwa “harga jual merupakan salah satu perangsang (motivator) bagi petani untuk melakukan pekerjaannya”.
Komoditas pala merupakan komoditas penting dan potensial Dalam  perekonomian nasional. Penting karena menjadi penyumbang pendapatan utama antara lain bagi petani di wilayah Timur Indonesia, khususnya di daerah sentra  produksi pala. Potensial karena mampu mensuplai 60-75% kebutuhan pangsa  pasar dunia serta mempunyai banyak manfaat baik dalam bentuk mentah ataupun  produk turunannya. Disamping hampir semua bagian buahnya dapat dimanfaatkan, pala termasuk tanaman yang mempunyai keunggulan komparatif alamiah karena berumur panjang, daunnya tidak pernah mengalami musim gugur sepanjang tahun sehingga baik untuk penghijauan dan dapat tumbuh dengan  pemeliharaan minim. Dengan demikian potensi pala cukup kompetitif dan dapat diandalkan dalam membantu pertumbuhan perekonomian di daerah sentra  produksi. Bagian tanaman pala yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah  biji buah dan fulinya yang digunakan sebagai bahan industri minuman, makanan, farmasi dan kosmetik. Pengusahaan tanaman pala di Indonesia merupakan  pertanaman rakyat dan sudah sejak lama diusahakan. Pada tahun 2011 luas areal tanaman pala 122.585 Ha dengan jumlah produksi 22.252 ton. Indonesia merupakan negara pengekspor pala terbesar di dunia. Perkembangan volume ekspor biji pala Indonesia selama 5 (lima) tahun terakhir (2005 –  2009) mengalami fluktuasi, ekspor terendah pada tahun 2010 sebesar 14.186 ton dengan nilai US$ 86.096.000. Bentuk komoditas pala yang diekspor oleh Indonesia adalah dalam  bentuk biji pala, fuli, dan pala glondong.
Pala (Myristica fragrans Houtt) adalah anggota dari genus Myristica yang merupakan tanaman rempah tropik asli Indonesia dari kepulauan Banda dan Maluku. Rumphius (1743) menyatakan bahwa dunia mengenal Maluku dari hasil pala dan cengkeh.
Dahulu, pala merupakan salah satu tanaman rempah yang menjadi rebutan bangsa-bangsa yang datang ke Indonesia seperti Portugis pada tahun 1511. Biji dan kulitnya dibawa ke Eropa dan dijual dengan harga yang sangat mahal. Harga yang tinggi ini merupakan perangsang bagi bangsa-bangsa lain untuk datang ke Indonesia.
Pada zaman V.O.C, sistem tataniaga pala dan cengkeh telah tertata dengan baik, sehingga pala bisa memberikan kontribusi terhadap pendapatan yang signifikan bagi negeri Belanda. Kemudian pada tahun 1748 tanaman ini dikembangkan ke daerah Minahasa dan Kepulauan Sanger Talaud, Sumatra Barat dan Bengkulu, kemudian menyusul di Jawa, Aceh dan Lampung. Pada jaman kekuasaan Inggris, tanaman ini disebarkan pada beberapa daerah jajahan tetapi tidak berhasil baik, di Malaya dikalahkan oleh karet, di pulau kecil India Barat (Grenada) dapat berhasil baik sehingga daerah ini menjadi saingan Indonesia dalam ekspor pala di dunia.
Hingga saat ini, pala tetap menjadi primadona karena nilai ekonominya. Nilai ekonomi bahan baku kering pala di pasaran saat ini sekitar Rp52.500,00/kg sedangkan minyak atsirinya (Nutmeg Oil) Rp570.000/kg (Rusli, 2010). Dari satu pohon pala yang berumur sekitar 25-50 tahun akan menghasilkan 160 kg buah pala, yang terdiri dari daging buah, biji pala (22,5 kg) dan fuli (3 kg). Menurut Marzuki (2007) bila dari minyak buah pala diproses kimia lebih lanjut, akan dihasilkan lemak/mentega (8,05%), 16 komponen terpenoid (73,91%) dan 8 komponen aromatic (18,04%).
Kepulauan  Talaud   merupakan bagian integral dari Propinsi Sulawesi Utara, dengan Ibukota Melonguane yang berjarak sekitar 271 mil laut dari Manado Ibukota Provinsi Sulawesi Utara, terletak  pada  posisi  geografis 3º 38‟ 00”- 5 º 33‟ 00” Lintang Utara dan 126° 38‟ 00” - 127° 10‟ 00” Bujur Timur, di mana batas administrasi  Kabupaten  Kepulauan Talaud adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara      : Bebatasan dengan Republik Philipina
Sebelah Timur      : Berbatasan dengan Samudera Pasifik
Sebelah Selatan    : Berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Talaud
Sebelah Barat        : Berbatasan dengan Laut Sulawesi
Berada diantara Pulau Sulawesi dengan Pulau Mindanao (Republik Philipina), sehingga Kabupaten Kepulauan Talaud bersama dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe, di sebut  Daerah Perbatasan“.  Kemudian disamping Daerah Perbatasan, karateristik lain yang cukup signifikan membedakan Kabupaten Kepulauan Talaud dengan Kab/Kota lain yakni: sebagai  Daerah  Kepulauan  dan  Daerah Tertinggal. Kabupaten  Kepulauan  Talaud  merupakan  pemekaran  dari Kabupaten  Kepulauan Sangihe (pada saat itu masih Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud), berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2002. Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah bahari dengan luas lautnya sekitar 37.800 km2 dan luas wilayah daratan 1.251,02 Km2. Terdapat tiga pulau utama di Kabupaten Kepulauan Talaud, yaitu Pulau Karakelang, Pulau Salibabu dan Pulau Kabaruan.(Buku Putih Sanitasi,2013).
Perkebunan masih tetap menjadi sentra kegiatan ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud. Pala, kopi, kakao, vanili, lada dan cengkeh masih bisa diandalkan. Namun dari keenam komoditas tersebut, pala yang diunggulkan. Tanaman yang sering dijadikan manisan ini tersebar merata di seluruh wilayah kecamatan. Sejak jaman penjajahan Belanda, pala sudah menjadi komoditas perdagangan penting. Proses pemeliharaannya yang mudah dan harga jualnya yang cukup tinggi merupakan faktor pendorong lain masyarakat Talaud menanam pala. Tidak hanya biji pala yang diperjualbelikan. Bunga pala yang disebut fuli juga bernilai ekonomis tinggi. Fuli biasanya digunakanuntuk bumbu masak dan minyak gosok. Perkebunan memang mendominasi kegiatan ekonomi pertanian Kepulauan Talaud. Namun, dibalik itu, kegiatan pertanian tanaman pangan masih menyimpan potensi. Hanya saja, semua potensi tersebut belum tergarap maksimal. Dukungan sarana dan prasarana pertanian seperti irigasi masih belum dikelola dengan baik. Padahal, jika potensi tanaman pangan digarap dengan maksimal, kebutuhan pangan di Talaud bisa langsung terpenuhi.
Harga pala memang masi menjadi primadona hingga saat ini, Tapi hal tersebut tidak berlaku di seluruh wilayah Indonesia apalagi bagi Kabupaten Kepulauan Talaud yang merupakan daerah perbatasan Indonesia, contohnya saja harga pala di Kabupaten Kepulauan Talaud sangat berbeda dengan harga pala yang ada di daerah lainnya di Sulawesi Utara Seperti Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Sitaro, hal tersebut diakibatkan karna jarak antara tempat produksi dan tempat penjualan sangat jauh. Selain faktor harga, ada beberapa faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pendapatan petani pala antara lain faktor volume dari pala itu sendiri yang di pengaruhi oleh kondisi iklim dan kualitas tanah, sehingga tidak heran hasil produksi pala di Kabupaten Kepulauan Talaud sangat berbeda tiap tahunnya.
Kurangnya sosialisasi dari pemerintah setempat tentang manfaat dan kegunaan pala, sangat berpengaruh juga terhadap pendapatan petani pala di Kabupaten Kepulauan Talaud khususnya di Kecamatan Salibabu. Masalahnya petani pala di Kabupaten Talaud hanya memproduksi pala dalam bentuk Biji dan Fuli, sedangkan di daerah lain yang ada di Indonesia tanaman pala dapat di kembangkan dalam produk turunan lainnya seperti Pala manis, Jus pala, Penyedap makanan dll yang memiliki nilai ekonomi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengetahu permasalahan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Pala Di Desa Salibabu Utara Kecamatan Salibabu Kabupaten Kepulauan Talaud”
 


B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan apa yang telah di uraikan dalam latar belakang masalah, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah yaitu :
1. Jarak tempat produksi dan tempat penjualan agak jauh
2. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah setempat tentang Pala
3. Harga yang tidak tetap, tiap tahun berubah
4. Cara pengolahan yang belum maksimal

C. Pembatasan Masalah
            Permasalahan dalam penelitian ini sangat luas dan kompleks, sehingga peneliti hanya membatasinya pada faktor-faktor yg mempengaruhi pendapatan petani pala di Kecamatan Salibabu Kabupaten Kepulauan Talaud.

D. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “faktor-faktor apakah yang dapat mempengaruhi pendapatan petani pala di Kecamatan Salibabu Kabupaten Kepulauan Talaud”

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan petani pala di Kecamatan Salibabu Kabupaten Kepulauan Talaud.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu:
1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengelolaan tanaman pala
2. Memberikan masukan kepada pemerintah setempat untuk memberikan arahan ataupun sosialisasi kepada petani pala.
3. Memperkuat kemampuan mahasiswa untuk mengenal berbagai kebutuhan dalam memecahkan berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani pala.


Catatan: Sebagian dari tulisan contoh latar belakang masalah ini diambil dalam artikel-artikel ataupun literatur-literatur sebelumnya dan Apabilah dikemudian hari ternyata dalam tulisan ini terdapat kekeliruan, maka akan diadakan perbaikan baik berupa redaksi kata ataupun kalimat.

0 komentar:

Posting Komentar